Rencana Kesetaraan dan Kesetaraan Sekolah Sompio 2023-2025

1. Laporan situasi kesetaraan sekolah

Situasi kesetaraan sekolah telah diperjelas pada bulan Desember 2022 melalui survei siswa. Di bawah ini adalah observasi mengenai situasi sekolah yang diambil dari jawaban-jawaban tersebut.

Temuan sekolah dasar:

106 siswa kelas 3-6 dan 78 siswa kelas 1-2 menjawab survei secara mandiri. Survei dilakukan pada 1-2 kelas dengan metode diskusi dan blind voting.

Suasana sekolah

Mayoritas (misalnya 3% siswa kelas 6-97,2) merasa aman di sekolah. Situasi yang menimbulkan rasa tidak aman umumnya berkaitan dengan aktivitas anak SMP dan perjalanan sekolah. Sebagian besar siswa kelas 1-2 menganggap pendapat orang lain tidak mempengaruhi pilihannya sendiri.

Diskriminasi

Mayoritas siswa sekolah dasar tidak mengalami diskriminasi (misalnya 3% siswa kelas 6-85,8). Diskriminasi yang terjadi terkait dengan tidak diikutsertakan dalam permainan dan mengomentari penampilan. Dari 15 siswa kelas 3-6 yang mengalami diskriminasi, lima diantaranya belum menceritakan hal tersebut kepada orang dewasa. Seluruh siswa kelas 1-2 sudah merasa diperlakukan adil.

3 siswa kelas 6-8 (7,5%) merasa bahwa jenis kelamin siswa mempengaruhi cara guru memperlakukan mereka. Berdasarkan beberapa jawaban (5 buah), siswa lawan jenis dirasa lebih diperbolehkan melakukan sesuatu tanpa adanya hukuman. Empat (3,8%) siswa merasa bahwa jenis kelamin siswa mempengaruhi penilaian yang diberikan guru. 95 siswa (89,6%) merasa bahwa siswa mendapat dorongan yang sama.

Usulan pengembangan siswa demi terwujudnya kesetaraan dan kesetaraan di sekolah:

Setiap orang harus diikutsertakan dalam permainan.
Tidak ada yang diintimidasi.
Guru melakukan intervensi dalam penindasan dan situasi sulit lainnya.
Sekolah mempunyai peraturan yang adil.

Pengamatan sekolah menengah:

Suasana sekolah

Mayoritas siswa menganggap kesetaraan adalah hal yang sangat penting.
Mayoritas siswa merasa suasana sekolah setara. Sekitar sepertiganya merasa ada kekurangan dalam kesetaraan atmosfer.
Staf sekolah memperlakukan siswa secara setara. Pengalaman perlakuan yang setara tidak terwujud antara usia yang berbeda dan tidak semua orang merasa bisa menjadi diri mereka sendiri di sekolah.
Sekitar 2/3 merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi keputusan sekolah dengan baik atau cukup baik.

Aksesibilitas dan komunikasi

Siswa merasa bahwa gaya belajar yang berbeda diperhitungkan (2/3 siswa). Yang ketiga merasa bahwa aspek-aspek yang menantang dalam belajar tidak cukup diperhitungkan.
Berdasarkan survei, sekolah telah berhasil memberikan informasi.
Sekitar 80% merasa mudah untuk berpartisipasi dalam kegiatan perkumpulan mahasiswa. Sulit bagi mahasiswa untuk menyebutkan bagaimana kegiatan serikat mahasiswa dapat ditingkatkan. Usulan pengembangan sebagian besar berkaitan dengan pengaturan pertemuan (waktu, jumlah, menginformasikan dengan mengantisipasi dan menceritakan kepada siswa lain tentang isi pertemuan).

Diskriminasi

Sekitar 20% (67 responden) 6.-9. salah satu siswa di kelas tersebut pernah mengalami diskriminasi atau pelecehan selama tahun ajaran lalu.
89 siswa secara pribadi tidak mengalami, namun pernah mengamati, diskriminasi atau pelecehan selama tahun ajaran lalu.
31 responden yang mengalami atau mengamati diskriminasi dari 6.-9. siswa di kelas melaporkan diskriminasi atau pelecehan yang dilakukan oleh staf sekolah.
80% dari diskriminasi dan pelecehan yang dirasakan dilakukan oleh siswa.
Hampir setengah dari diskriminasi dan pelecehan dianggap disebabkan oleh orientasi seksual, opini, dan gender.
Sekitar seperempat dari mereka yang mengamati adanya diskriminasi atau pelecehan menceritakan hal tersebut.

Usulan pengembangan siswa demi terwujudnya kesetaraan dan kesetaraan di sekolah:

Para siswa mengharapkan lebih banyak pelajaran kesetaraan dan diskusi tentang tema tersebut.
Menurut para siswa, intervensi dini terhadap perilaku disruptif adalah penting.
Setiap orang akan diperlakukan sama dan siswa diperbolehkan menjadi diri mereka sendiri.

2. Langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong kesetaraan

Tindakan yang direncanakan bersama staf:

Hasilnya ditinjau dalam rapat gabungan staf dan diadakan diskusi bersama mengenai hasilnya. Kami akan menyelenggarakan pelatihan bagi staf periode YS musim semi 2023 atau Vesoo mengenai minoritas seksual dan gender. Lihat juga bagian 3.

Tindakan yang direncanakan di sekolah dasar:

Hasilnya akan ditinjau pada rapat gabungan staf pada 7.2 Februari. pada masa YS SD dan ada diskusi bersama mengenai hasilnya.

Menangani masalah di kelas

Pelajaran 14.2.
Mari kita lihat hasil survei di kelas.
Mari kita bermain permainan kooperatif untuk memperkuat semangat tim.
Kami mengadakan pelajaran istirahat bersama, dimana semua siswa di kelas bermain atau bermain bersama.

Sekolah Sompio berkomitmen untuk mencegah pelecehan dan diskriminasi.

Tindakan yang direncanakan di sekolah menengah atas:

Hasilnya akan ditinjau di kelas pengawas kelas pada hari Valentine, 14.2.2023 Februari XNUMX. Secara khusus, kami akan mempertimbangkan cara meningkatkan hal-hal berikut:

Kami berterima kasih kepada siswa sekolah menengah karena berdasarkan hasil penelitian, siswa sekolah dasar menganggap sekolah sebagai tempat yang aman.
Hampir setengah dari diskriminasi dan pelecehan dianggap disebabkan oleh orientasi seksual, opini, dan gender.
Sekitar seperempat dari mereka yang mengamati adanya diskriminasi atau pelecehan menceritakan hal tersebut.

Usulan pengembangan siswa demi terwujudnya kesetaraan dan kesetaraan di sekolah:

Para siswa mengharapkan lebih banyak pelajaran kesetaraan dan diskusi tentang tema tersebut.
Menurut para siswa, intervensi dini terhadap perilaku disruptif adalah penting.
Setiap orang akan diperlakukan sama dan siswa diperbolehkan menjadi diri mereka sendiri.

Siswa setiap kelas sekolah menengah menyampaikan tiga usulan pengembangan kepada pengawas kelas pada pembelajaran bertema Hari Valentine guna meningkatkan kesetaraan dan kesetaraan di sekolah. Proposal tersebut dibahas pada rapat serikat mahasiswa, dan serikat mahasiswa membuat proposal konkrit dengan menggunakan ini.

Gangguan berarti pelanggaran yang disengaja terhadap martabat manusia. Setiap orang berhak mendapatkan sekolah yang aman, dimana tidak perlu takut dilecehkan.

Pelecehan bisa saja terjadi, misalnya

• lelucon, gerak tubuh yang sugestif, dan ekspresi wajah
• penamaan
• pesan-pesan mengganggu yang tidak diminta
• sentuhan yang tidak diinginkan, ajakan seksual, dan pelecehan.

Diskriminasi berarti seseorang diperlakukan lebih buruk dari orang lain berdasarkan karakteristik pribadinya:

• usia
• asal
• kewarganegaraan
• bahasa
• agama atau kepercayaan
• sebuah pendapat
• hubungan keluarga
• keadaan kesehatan
• disabilitas
• orientasi seksual
• alasan lain yang berhubungan dengan orang tersebut, misalnya penampilan, kekayaan atau riwayat sekolah.

Di sekolah Sompio, setiap orang berhak mendefinisikan dan mengekspresikan gendernya masing-masing.

Di sekolah kami, kami menekankan bahwa pengalaman gender dan cara berekspresi bersifat beragam dan bersifat individual. Pengalaman siswa dihargai dan didukung. Kemungkinan penindasan telah ditangani.

Pengajaran bersifat sensitif gender.

• Guru tidak mengklasifikasikan siswa secara stereotip sebagai anak perempuan dan anak laki-laki.
• Siswa diharuskan melakukan hal yang sama tanpa memandang gender.
• Pembagian kelompok tidak berdasarkan gender.

Sekolah Sompio mempromosikan kesetaraan dan inklusi bagi orang-orang dari berbagai usia.

• Siswa dari berbagai usia diinstruksikan untuk memperlakukan satu sama lain dengan hormat.
• Kebutuhan orang-orang dari berbagai usia diperhitungkan dalam operasional sekolah.
• Kekuatan karyawan muda dan berpengalaman dihargai.

Suasana di sekolah Sompio terbuka dan komunikatif.

Sekolah Sompio tidak melakukan diskriminasi atas dasar disabilitas atau kesehatan.

Perlakuan terhadap siswa dan staf adalah setara dan adil tanpa memandang penyakit atau kecacatan mental atau fisik. Siswa dan anggota staf mempunyai hak untuk memutuskan apa yang mereka katakan tentang kondisi kesehatan atau kecacatan mereka. Fasilitasnya bebas hambatan dan mudah diakses.

Pengajaran berbasis bahasa.

• Pengajaran mempertimbangkan sumber daya dan kebutuhan linguistik individu siswa.
• Pengajaran mendukung pembelajaran bahasa Finlandia. Pengetahuan yang memadai tentang bahasa Finlandia mencegah pengucilan dan memungkinkan siswa untuk maju dalam tugas sekolah.
• Siswa didorong untuk berbagi informasi tentang budaya dan latar belakang bahasa mereka sendiri. Mereka dibimbing untuk menghargai budaya dan bahasanya sendiri.
• Komunikasi sekolah dapat dimengerti dan jelas. Bahkan mereka yang kemampuan bahasa Finlandianya lemah pun dapat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
• Layanan juru bahasa tersedia di pertemuan kerja sama rumah dan sekolah serta malam orang tua mahasiswa pascasarjana.

3. Penilaian terhadap pelaksanaan dan hasil rencana sebelumnya

Topik diskusi dengan staf (muncul dalam tim tugas, bukan dalam survei):

• Fasilitas toilet masih terbagi berdasarkan gender di sekolah menengah.
• Guru secara stereotip mengelompokkan anak laki-laki ke dalam kelompok anak perempuan dan anak laki-laki yang seharusnya berperilaku berbeda.
• Sulit bagi wali dan siswa yang pengetahuan bahasa Finlandianya lemah untuk mengikuti informasi sekolah.
• Siswa tidak cukup terdorong untuk berbagi informasi tentang budaya dan bahasa mereka sendiri.
• Bahasa Finlandia sebagai bahasa kedua siswa tidak mendapat dukungan dan pembedaan yang memadai. Ketergantungan terus-menerus pada penerjemah tidak mendukung pembelajaran bahasa Finlandia oleh siswa.